Dinamika Tarekat Sathariyah

Buku ini mengkaji tentang dinamika hubungan peran tuanku dan kaum adat dalam keagamaan Tarekat Syathariyah di Padang Pariaman, yang secara akademik-ilmiah belum banyak dilakukan penelitian secar serius oleh peneliti lain. Kajian ini menjadi menarik lebih karena dalam perkembangannya, ajaran keagamaan Tarekat Syathariyah yang diperankan oleh tuanku sekarang, sebagai kalifah atau penerus dari ajaran Syekh Burhanuddin -- sebagai seorang ulama yang telah sukses mengembangkan Islam di Minangkabau --, sekarang ini ajaran  nya mengalami perubahan atau penambahan. Disamping itu hubungan tuanku dan kaum adat, terkait peran tuanku yang didukung adat menjadikan eksistensi Tarekat Syathariyah tetap bertahan, sesuai dengan apa yang diyakini dan dipegang masyarakat Minangkabau selama ini yakni “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”.

Tuanku dan kaum adat merupakan dua elemen yang sangat menentukan perkembangan keagamaan dan adat masyarakat. Sejak zaman Burhanuddin, kuatnya dukungan dan hubungan ulama dan kaum adat serta pemuka masyarakat terhadap misi keIslaman yang dikembangkan, khususnya di Ulakan. Pada masa syekh Burhanuddin, diawali mendirikan mesjid di kampung Koto, sebagai tempat Jum’at dan  tempat urusan keagamaan. Dengan menobatkan imam, khatib, labay, sebagai persyaratan berdirinya sidang Jum’at, pendirian sidang Jum’at semua itu tidak terlepas dari kesepakatan atau dukungan kalagann adat.

Di samping itu ikut sertanya kaum adat dalam sidang di mesjid dalam menentukan bulan (puasa dan lebaran). Namun di sisi lain perkembangan sekarang dominasi  kaum adat dalam keagamaan masyarakat sangatlah menonjol, karena tidak akan jalan keagamaan kalau tidak ada legalitas dari kaum adat. Maka peran tuanku dan kaum adat, apakah saling berebut peran ataukah saling mendukung dalam bentuk relasi-kuasa, jawabannya ada di dalam  buku ini. Selamat membaca!

Detail produk, silakan klik di sini